Makna dan Sejarah Tatebahan

Tidak hanya dewasa, anak kecilpun ikut memeriahkan tradisi Tatebahan

DESA ADAT BUGBUG – Beragam Seni, Tradisi maupun Budaya yang ada di Bali memang memiliki banyak sekali keunikan maupun makna yang terkandung di dalamnya. Salah satunya ialah tradisi turun temurun asal Desa Adat Bugbug yang dikenal dengan sebutan Tatebahan.

Sebagai salah satu desa tertua di Bali, tepatnya berada di Kabupaten Karangasem, Desa Bugbug memiliki banyak sekali seni, tradisi, maupun budaya yang sangat menarik. Seperti Rejang, Sanghyang Bojog, Sanghyang Jaran, Sanghyang penyalin, maupun yang lainnya.

Tradisi sakral tahunan ini memiliki daya tarik tersendiri, selain sebagai sarana upacara agama juga sebagai ajang memupuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan antar makhluk ciptaan Tuhan. Masyarakat lokal maupun luar dapat ikut serta dalam memeriahkannnya, maka sebab itu tak heran bilamana banyak sekali wisatawan lokal maupun manca negara hadir ke desa untuk menyaksikannya.

Dilihat dari asal katanya ‘Tatebahan’ berasal dari kata Tebah yang berarti pukul. Jika dilihat dari pengertiannya Tatebahan adalah aksi saling pemukul menggunakan pelepah pisang kearah tubuh bagian punggung dibawah leher dan di atas pinggang yang tidak lebih dari 3 kali. Adapun makna yang terkandung dalam aksi ini adalah sebagai suatu luapan kegembiraan atas keberhasilan dan kemenangan dalam menyelenggarakan suatu upacara keagamaan dan juga menyambut keberhasilan atas panen diladang. Diadakannya Aci Tatebahan ini juga dapat mengusir aura negatif/aura jahat yang ingin masuk dalam tubuh manusia.

Tradisi Tatebahan sangat  erat kaitanya dengan kehidupan pertanian masyarakat Desa Pakraman Bugbug. Tradisi ini dilaksanakan atas dasar rasa syukur para petani kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas panen yang berlimpah di desa ini. Tradisi Tatebahan sudah dilakukan di Desa Pakraman Bugbug semenjak Desa Bugbug terbentuk dan belum mengenal tulisan. Tradisi ini pertama dilakukan oleh orang – orang keturunan bangsa Austronesia.

Sejarah lahirnya Tradisi Tatebahan juga tidak terlepas dari kehidupan pertanian masyarakat petani di desa ini. Lahirnya tradisi ini dikarenakan pada zaman dahulu Desa Bugbug yang pada saat itu sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan memperoleh kemakmuran dan kesuburan atas hasil panen diladang yang sangat berlimpah, mengingat semua keberhasilan hasil panen diladang itu merupakan berkah dari yang maha kuasa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), maka masyarakat Desa Pakraman Bugbug mengadakan sebuah ritual (Aci) yang dinamakan dengan Aci

Tatebahan atau Tradisi Tatebahan sebagai rasa syukur atas hasil panen diladang disamping itu juga agar terhindar dari adanya pengaruh hal – hal gaib.

Open chat
1
Scan the code
Hello 👋
Can we help you?